Hidup adalah Cita

Hidup tanpa cita-cita, sama aja seperti ngak hidup cuy, meski kata pak S.B hidup ada perbuatan, menurut gue hidup juga butuh cita, gue kembali memikirkan cita-cita gue akibat percakapan dengan teman gue, sungguh unik jawabannya ketika gue tanya “per, kau ngapain hidup di dunia ini ?” sungguh simple dia jawab “iseng-iseng aja, ibarat kalo maen bola pelengkap ajalah aku” jawabnya mengundang gelak tawa sekelurahan binuang kampung dalam.

Akibat percakapan kemaren, gue ngak bisa tidur, gue ngak bisa tidur bukan karena sibuk memikirkan bulu kaki ronaldinho atau berapa tinggi semut saat berdiri, namun apa cita -cita gue ??? gue sekarang dah kuliah namun cita-cita belum tertanam dalam hati, dan jika ditanya ama orang-orang apa cita-cita gue maka jawaban gue sangat-sangat beragam. Dari penulis, wartawan sampai pengusaha bahkan poligami.



inilah foto yang tujuan hidup mereka hanya untuk iseng -iseng (dari kiri : rizki A.Nst (pak tua) dan M.Paberdi C (togar)


Bukan kali ini aja gue sibuk memikirkan cita-cita, semenjak kecil gue ngak bisa mantep dengan cita-cita gue, meski ibu guru berkata bahwa gantungan cita-citamu digantungan baju eh,, dilangit, gue tetap gak berani gantung cita-cita dilangit, ntar gak kesampean, kalo gue gantung ditiang jemuran ntar diambil orang lagi.

Kalo gue ingat, dari kecil cita-cita gue ngak ada yang beres, gue ngak seperti anak-anak kecil pada umumnya jika ditanya ma orang mau jadi apa pasti jawabnya pilot, dokter, polisi, ilmuwan, atau tukang cat seperti di iklan. Waktu umur 6 tahun ketika masuk SD, gue bercita-cita pengen jadi pemadam kebakaran, gue merasa itu pekerjaan yang paling diminati karena banyaknya kasus kebakaran sewaktu gue kecil dlu. Cita-cita ini gugur setelah tangan gue terbakar oleh kembang api dimalam hari raya. Dan gue sadar kerjaan itu berdekatan dengan nyawa.

Selang SMP, gue punya 3 cita-cita berbeda, pertama kali gue bercita-cita menjadi juragan angkot, gue menghayal setiap sore 1000 angkot berjejer membayar setoran ke gue. Cita-cita itu dipupuskan oleh temen gue, dia berkata bahwa istri juragan angkot jelek-jelek dan gendut, meski tak percaya gue takut jelex X jelek = jelek2 kapan keturunan gue gantengnya nanti..

Cita-cita ke_2 terinspirasi oleh hobby dan game kesayangan gue, gue punya hobi mancing dan senang main game HARVESTMOON (pasti gamers tau deh), gue bercita-cita dlu dapat mempunyai sebidang tanah dan kolam pemancingan yang bisa dipancing setiap hari, kemudian punya kebun dan ternak yang diolah seperti games tersebut, gue sempat merasa udah mantep ma cita-cita gue, namun cita2 ini pudar karena datangnya cita-cita ke_3

Nah, cita – cita ke_3 di masa SMP gue adalah, PNS (pegawai negeri sipil), aneh bukan ??? gue terinspirasi oleh nyokap gue yang kerja sebagai PNS, asik banget, Cuma duduk2, buat laporan selesai dan gue melihat animo masyarakat dengan bursa PNS sanggat tinggi menandakan PNS lebih hebat dari polisi atau TNI, sungguh fantastis. Bahkan sewaktu dlu, betapa bangga orang jika dia lulus kuliah kemudian masuk PNS, (sangking bangganya, pengen diumumkan ke mesjid2 tiap kelurahan), aneh memang, tapi karena hal itu gue sempat terpikirkan untuk jadi PNS aja. Namun cita-cita ini kembali gue kubur sedikit aja (sapa tau lain hari bisa digali lagi, iya ngak ?), dikarenakan perkataan guru gue, kalo ayahnya tamat SD, maka janganlah kamu tamat SD juga (binggung fren ?), nah berhubung ortu PNS ngak mungkinkan gue jadi PNS juga ??? apa kata rhoma irama nanti ?

Di SMA, gue dituntut ayah dan ibu alias ortu, untuk menentukan cita-cita gue, sering dalam mkan malam ibu gue nanya “put, kau mau jadi apa sih?” tanyanya jengkel karena dah SMA tanpa cita-cita. Gue selalu menjawab “mati syahid mak” dan selalu diakhiri dengan kebingungan tiada tara.

Nah, di SMA gue bukan tidak punya cita-cita, ada beberapa cita-cita gue, yang akhirnya juga terpaksa harus kandas lagi,, gue juga bingung apakah gue orangnya pemilih atau terlalu naif.

Gue sempet juga bercita-cita pengen jadi wartawan, hal ini terinspirasi dari elsa sarif siregar dan ferry rotinsulu (loch dia pemain bola kan?), gue seru melihat bagaimana perjuangan para wartawan, nah ini sempat tertanam lama, apalagi gue pernah jadi wartawan sekolah, namun gue baru sadar kalo wartwan bakal jauh dari istri, mana tahan gue nanti..............

Nah sehabis wartawan, cita-cita gue beralih menjadi penulis, mengapa bisa ? hal ini disebabkan karena gue dipuji guru b.indo gue saat tugas membuat autobiografi diri sendiri, dia berkata bahwa gue akan jadi penulis besar, dan sampe sekarang gue masih berkeinginan menjadi penulis tapi gak niat2 banget. Hal itu disebabkan melihat dunia sastra indonesia, rata-rata penulis matinya kagak ada yang enak, chairil anwar mati tak jelas, soe hoek gie mati dipangkuan temannya (laki-laki) bukan dikerubungi cewek – cewek. Miris banget.....

Nah, dah bacakan ?? sekarang gue minta solusi ma para pembaca ??
kalo misalnya gak ada yang kasih saran dan komentar.

Maka solusi gue adalah dengan membuka HP truz ketik REG_PRIMBON

Kalo di iklan, ada yang cocock di air, maka mungkin gue cocok di UDARA atau DI LUMPUR.

Hups....